MySpace Cartoon Glitter Graphics

Jumat, 20 Februari 2009

cerpen...

Allahu akbar... Alla..hu akbar..” azan subuh terdengar nyaring di kejauhan. Jack terjaga dari lelapnya.

“Rileks, Jack. Masih terlalu pagi untuk jogging.” Sebuah sosok dengan sebatang rokok yang masih menyala di tangan menghampiri. Jack kaget. Sebuah borgol mengikat tangannya dengan sebuah tiang tempat tidur. Ia memicingkan matanya dan fokus pada sosok bayangan lelaki di hadapannya. Nampaknya ia hapal dengan suara lelaki itu.

“Kau kaget, Jack? Aku memintamu untuk berlibur ke tempat-tempat indah. Bukan ke sarang teroris.” Sosok yang muncul dari gelap itu ternyata Dr. Kurt Stevens.

Yes, Sir. Tempat ini adalah sarang teroris yang indah.” Dr. Stevens tersenyum mendengarnya. Dia kembali menghisap rokoknya dalam-dalam dan mengepulkan asapnya ke udara membentuk huruf ‘O’.

“Jack, dalam ukuran seorang peneliti muda, kau cukup pintar. Tapi kau cukup bodoh untuk menentang kami. Kau mau tahu, Jack? Sama sepertimu, semua teman-teman dekatmu pun bekerja untuk CIA. Dan Dr. Ali, dia sudah menunjukkan kelasnya sebagai seorang agent.”

Dr. Ali pun masuk ruangan dan menyalakan lampu. Ia mendekati Jack yang sudah tak berdaya.

“Jack, dulu aku sangat iri padamu. Saat kau menulis surat bahwa kau bekerja sebagai seorang peneliti bagi CIA, aku masih seorang mahasiswa yang tak kunjung lulus. Tapi itu tak lama. Setelah aku lulus, CIA merekrutku dan menempatkanku di tanah airku sendiri. CIA sebenarnya sudah mengirimkan data-datamu sebelum kau menelponku. Tapi merka ingin aku meneruskan leluconmu”

Jack tersenyum sinis.

“Apa masih pantas kau bicara ini tanah airmu? Kau tak ada beda dengan Alireza Jafarzadeh[7]. Penebar kebohongan dan pengkhianat.” Kata Jack.

“Oya? Jack, aku tak sudi berlindung di balik agama di bawah dusta revolusi Islam.” Belum selesai Dr. Ali bicara, Jack memotongnya.

“Tapi kini kau berlindung di balik jubah kebesaran setan!”

Well, nampaknya kalian benar-benar tak bisa menyembunyikan kekangenan kalian. Baiklah aku tinggal dulu. Dan Ali, selesaikan tugasmu kali ini.” Kata Dr. Stevens sambil berlalu.

You know, Al. Aku ingat saat pertama kali kita bertemu di Berlin dulu. Saat itu aku memakimu dengan kata fanatik, teroris, dan tak beradab. Saat itu kau sangat pede dengan Islammu.” Jack mengajak Dr. Ali menyelami masa lalu mereka. Dr. Ali pun menimpali.

“Dulu kau pemuda pintar, tapi sombong dan berangasan. Tapi biarlah itu berlalu. Dulu aku pikir Iran = Islam, dan Islam = Iran. Tapi ternyata salah. Iran lebih lebih mirip Amerika kecil yang kebetulan mayoritasnya muslim. Tengoklah pemerintahannya, ekonominya, politiknya, semuanya...”

“Ya, aku tahu itu. Tapi mengapa kau melangkah sejauh ini?”

Some body must stop this rezim!”

Stop this rezim and make a new one with America? I’m american. Aku tahu apa yang ada di benak mereka. Uang, uang, dan kesenangan. Tak lebih. Mereka tak akan peduli pada negerimu. Saat mereka dapat apa yang mereka inginkan, saat itu pula mereka meninggalkanmu. Tapi saat mereka mendapat yang mereka benci darimu, mereka akan mengejarmu.” Dr. Ali jengah demi mendengar omongan Jack yang seolah membodohinya.

“Negaramu telah memberikan segala yang kumau. Aku tak mau ambil pusing dengan menentangnya. Goodbye, Jack. Kita sudahi pembicaraan ini. Biarkan aku meniti jalanku sendiri.” Kata Dr. Ali sambil mengacungkan sebuah senjata berperedam.

Yes, the hell way..” kata-kata terakhir Dr. Jack Daniels, sambil menutup matanya. Suasana hening sejenak saat sesosok tubuh terkulai bersimbah darah. Tapi tak lama, sesosok tubuh muncul sambil memberondongkan senapannya ke segala arah ruangan itu.

Semuanya telah berakhir!