TNI-AL memiliki Slogan Jalesveva Jaya Mahe.
Terbentuknya organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya. Sejumlah Pangkalan Angkatan Laut terbentuk, kapal-kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik yang baru terbentuk itu. Kekuatan yang sederhana tidak menyurutkan ALRI untuk menggelar Operasi Lintas Laut dalam rangka menyebarluaskan berita proklamasi dan menyusun kekuatan bersenjata di berbagai tempat di Indonesia. Disamping itu mereka juga melakukan pelayaran penerobosan blokade laut Belanda dalam rangka mendapatkan bantuan dari luar negeri.
Selama 1949-1959 ALRI berhasil menyempurnakan kekuatan dan meningkatkan kemampuannya. Di bidang Organisasi ALRI membentuk Armada, Korps Marinir yang saat itu disebut sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL), Penerbangan Angkatan Laut dan sejumlah Komando Daerah Maritim sebagai komando pertahanan kewilayahan aspek laut.
Pada 1990-an TNI AL mendapatkan tambahan kekuatan berupa kapal-kapal perang jenis korvet kelas Parchim, kapal pendarat tank (LST) kelas 'Frosch', dan Penyapu Ranjau kelas Kondor. Penambahan kekuatan ini dinilai masih jauh dari kebutuhan dan tuntutan tugas, lebih-lebih pada masa krisis multidimensional ini yang menuntut peningkatan operasi namun perolehan dukungannya sangat terbatas. Reformasi internal di tubuh TNI membawa pengaruh besar pada tuntutan penajaman tugas TNI AL dalam bidang pertahanan dan keamanan di laut seperti reorganisasi dan validasi Armada yang tersusun dalam flotila-flotila kapal perang sesuai dengan kesamaan fungsinya dan pemekaran organisasi Korps Marinir dengan pembentukan satuan setingkat divisi Pasukan Marinir-I di Surabaya dan setingkat Brigade berdiri sendiri di Jakarta.
Sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI Pasal 9, Angkatan Laut bertugas :
melaksanakan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan
menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi
melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah
melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.
TNI-AL berada di bawah Markas Besar TNI. Perwira tersenior Angkatan Laut, Kepala Staf TNI Angkatan Laut, adalah perwira tinggi berbintang empat dengan pangkat Laksamana mengepalai Angkatan Laut di bawah Panglima TNI.
Kolinlamil adalah Komando Utama (Kotama) Pembinaan dan Operasional. Dalam bidang pembinaan Kolinlamil berkedudukan langsung di bawah KASAL, sedangkan dalam bidang operasional berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI.
Berdasarkan rencana pengembangan kekuatan TNI-AL yang baru saja disusun untuk jangka waktu 2005-2024, kekuatan Korps Marinir (Kormar) akan ditingkatkan baik dari segi struktur maupun kekuatan fisik. Saat ini jumlah personel marinir sekitar 17.000 orang, sehingga menimbulkan gurauan di kalangan militer sendiri bahwa dengan jumlah pulau di Indonesia yang juga lebih kurang 17.000 buah, maka tiap personel marinir bertugas mengamankan satu pulau. Jumlah ini di masa depan akan ditingkatkan hingga 60.000 personel.
Dalam rencana pengembangan, akan ada tiga pasukan marinir (Pasmar), yaitu kesatuan induk yang melekat di tiap komando wilayah laut (Kowilla), 2 brigade marinir berdiri sendiri, 1 komando latihan marinir dan 5 pangkalan marinir ditambah 11 batalyon marinir pertahanan pangkalan.
Batalyon Infanteri 1/Marinir
Batalyon Infanteri 3/Marinir
Batalyon Infanteri 5/Marinir
2. Brigade Infanteri 2/Marinir, berkedudukan di Cilandak, Jakarta Selatan.
Batalyon Infanteri 2/Marinir
Batalyon Infanteri 4/Marinir
Batalyon Infanteri 6/Marinir
Brigade Infanteri 3/Marinir
Batalyon Infanteri 7/Marinir
Batalyon Infanteri 8/Marinir
Batalyon Infanteri 9/Marinir
3. Regu Pandu Tempur
4. Batalyon Intai Amfibi, Pasukan khusus Marinir
Setiap kapal dipersenjatai dengan salah satu atau lebih dari berbagai macam persenjataan yang tersedia menurut kelasnya, mulai dari senapan mesin 12,7mm, kanon, meriam hingga peluru kendali.
Saat ini TNI AL memiliki sekitar 68.800 prajurit, termasuk di dalamnya 18.500 personel marinir dan 1.090 penerbangan/personel udara AL. Kekuatan TNI AL secara garis besar sebagai berikut:
- Kekuatan Pemukul (Striking Force) terdiri dari 40 KRI yang memiliki persenjataan strategis :
2 kapal selam kelas Cakra.
6 Fregat kelas Ahmad Yani
3 Fregat kelas Fatahillah
1 Fregat kelas Ki Hajar Dewantara
4 Korvet kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach)
16 Korvet anti kapal selam kelas Parchim
4 kapal cepat roket (KCR) kelas Mandau.
2 kapal cepat torpedo (KCT) kelas Ajak.
2 buru ranjau (BR) kelas Pulau Rengat.
- Kekuatan Patroli (Patrolling Force) berjumlah 46 KRI.
4 angkut tank (AT) kelas Teluk Semangka
2 angkut tank (AT) kelas Teluk Banten
8 angkut tank (AT) Kelas Frosch
1 markas (MA) kelas Multatuli
6 penyapu ranjau (PR) kelas kondor
5 bantuan cair minyak (BCM)
1 bengkel apung (BA) kelas Jayawijaya
3 bantu tunda (BTD)
3 bantu umum (BU)
1 bantu angkut personel (BAP) kelas Tanjung Kambani
3 bantu hidrooseanografi (BHO) kelas Pulau Rondo
1 bantu hidrooseanografi (BHO) kelas Dewa Kembar
2 kapal latih.
Kapal Angkatan Laut (KAL) adalah kapal patroli yang berfungsi untuk mendukung Pangkalan TNI AL (Lanal) dalam melaksanakan tugas-tugas patroli keamanan laut dan tugas-tugas dukungan lainnya.
KEKUATAN LAIN
Kopaska berkekuatan 300 orang. Satu grup di Armada Barat di Jakarta, dan satu grup di Armada Timur di Surabaya. Tugas utama mereka adalah menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan kekuatan amfibi.
- Satuan Pasukan Katak Armada Barat (Satpaska Armabar)
Detasemen 1 Sabotase/anti-Sabotase
Detasemen 2 Operasi Khusus
Detasemen 3 Combat SAR
Detasemen 4 EOD dan mine clearence
Detasemen 5 Underwater Demolition
Detasemen 6 Special Boat Unit
- Satuan Pasukan Katak Armada Timur (Satpaska Armatim)
Detasemen 1 Sabotase/anti-Sabotase
Detasemen 2 Operasi Khusus
Detasemen 3 Combat SAR
Detasemen 4 EOD dan mine clearence
Detasemen 5 Underwater Demolition
Detasemen 6 Special Boat Unit
Tugas " Manusia Katak "
Beach Recconaisance
Post Reconnaisance
Beach Clearing
SUROB (Surf Observation)
- Operasi Khusus
Sabotase / Anti Sabotase
Clandestein
Combat SAR
Mine Clearance Ops
Send and Pick up agent
- Operasi Tambahan
PAM VIP VVIP & Vital Obj
Underwater Survey
SAR
Underwater Salvage
Factual Information Gathering
Nil - untuk jumlah tidak pernah di ekspos karena pasukan ini mempunyai tingkat kerahasian yang tinggi dalam materi personil.
Melaksanakan Operasi "Kikis Bajak"
Unit Anti Perompak Perairan Indonesia
Buru Perompak di daerah Selat Malaka
Buru Perompak di daerah Selat Sunda
Buru Perompak di daerah Bangka Belitung
Pengamanan Blok Ambalat Ambalat
Pengamanan Objek Vital Lepas Pantai Oil Rig
Latma Malindo Malaysia & Indonesia
Latma PANDU EODEX dgn Republic of Singapore Navy Naval Diving Unit / RSN-NDU secara bergantian Singapura dan Indonesia
Latma MCMEX / DIVEX dengan Tim NAVAL EOD dari 25 negara Asia Pasifik di Asia Pasifik
Latma Flash Iron / SEALEX dengan US NAVY SEAL US Navy
Latma Balance Iron dengan US Army Ranger US Army
Spesialis Antibajak kapal laut, segala bentuk teror aspek laut, sabotase, intelijen & kontra-intelijen
Pada tahap pertama, direkrut 70 personel dari Batalyon Intai Amfibi (Taifib) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska). Komando dan pengendalian pembinaan di bawah Panglima Armada Barat dengan asistensi Komandan Korps Marinir. KSAL bertindak selaku pengendali operasional. Markas ditetapkan di Mako Armabar.
Denjaka terdiri dari satu markas detasemen, satu tim markas, satu tim teknik dan tiga tim tempur. Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka ditutut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi serta medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara.